Prinsip-Prinsip Pembelajaran oleh Purnama Sari
Bila kita
membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, salah
satunya prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran ini
diperlukan oleh seorang pengajar agar dapat melaksanakan proses belajar
mengajar dengan baik.
Prinsip-prinsip
pembelajaran juga diperlukan agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang
efektif dan efesien. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun
sendiri prinsip-prinsip pembelajaran, ialah prinsip pembelajaran yang dapat
terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara
individual.
Prinsip-prinsip belajar dapat
membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
sehingga guru dapat bertindak secara tepat.
SELENGKAPNYA DISINI
Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA
Pengembangan Pembelajaran IPA di SD
Translate
Minggu, 31 Maret 2013
MIMI RASINAH DAN TARI TOPENG INDRAMAYU
Mimi
Rasinah adalah seorang Penari Topeng Indramayu yang melegenda dan sosok
profesional sejati dalam bidangnya. Namanya pun sudah dimasukkan dalam kategori
maestro. Perempuan yang kini hanya tinggal kenangan itu telah memperlihatkan
dedikasi yang begitu tinggi terhadap kesenian tradisional. Ia bukan hanya
menari dengan topeng-topeng yang selalu berganti di wajahnya. Tapi, ia juga
menyebarkan inspirasi bagi orang lain untuk mencintai Tari Topeng Indramayu.
Rasinah
lahir di Desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat. Kedua orangtuanya juga
seniman. Karena itu, darah seni pun menucur deras di dalam nadinya. Sejak kecil
ia telah diajari menari topeng, sebuah seni yang penuh dengan nuansa “mistis”.
Sebagian
masa hidupnya diisi dengan menari Topeng. Rasinah muda melalui hdupnya dari
panggung ke panggung hajatan. ia cerminan “anak panggung” yang sepanjang
hidupnya lebih diberikan untuk panggung dan penonton. Beliau hampir sama sekali
tidak mengenal hal lain di luar dunianya.
Bangku Sekolah atau hura-hura yang melekat dengan gaya hidup remaja sebayanya
hanyalah sebuah harapan atau mungkin impian.
Perubahan zaman menjadikan faktor terpuruknya
kesenian-kesenian tradisional yang nota bene masih berpijak pada ‘pakem’ atau
tata aturan yang baku, pergeseran selera masyarakat yang tidak dapat dibendung
dan dipersalahkan, dari kesenian tradisional ke kesenian yang lebih ‘kini’
membuat Rasinah dan juga seniman-seniman
tradisional pada umumnya terkena imbas besar dan dampak yang besar. Dan yang
lebih menyakitkan hati seniman lokal tradisional adalah dengan perhatian yang
setengah-setengah dari pemerintah. Bentuk perhatian pemerintah memang hanya
dengan memberikan ijin pentas tanpa memberikan perlindungan, bimbingan, dan
arahan untuk berkembang
Mereka
kehilangan panggung-panggung hajatan, lahan untuk mengekspresikan
kesenimanannya, dan tentu saja, nafkah!
Masa-masa
sulit seperti itu dirasakan benar oleh Rasinah. Terlebih setelah ayah dan
ibunya meninggal. Beliau seorang anak tunggal. Sehingga, ia harus
menggantungkan hidupnya pada sang suami. Ia nyaris tidak memiliki kesempatan
untuk menari. Lantaran tidak ada lagi yang mengundangnya.
Kini
Mimi Rasinah hanya tinggal kenangan, beliau seniman besar putra daerah yang
hanya dikenal oleh kalangan generasi 60an, dan tidak mungkin Kesenian Topeng
dalam hitungan detik akan punah tanpa literatur, tanpa dokumentasi yang menjadi
kebanggaan Indramayu.
Memang
beliau orang kecil lahir dari kalangan kecil hanya dikenal oleh rakyat kecil dan,
tapi nama RASINAH mungkin hanya dikenal di Amerika, Inggris, Perancis, Jepang
dan negara-negara yang menghargai Profesionalisme.
“Rasinah laksana setangkai
suket (rumput). Suket tidak menyesali kemiskinan, kepapaan, dan kenyataan diri,
yang memang berada di bawah. Ia terus bersemangat, bersungguh-sungguh, dan
tabah, untuk memulai mengisi pagi. Bahkan, dengan “panggung” yang teramat
sederhana, ia terus “berkesenian”. Dan, dengan suka-cita, rona hijau ditebarkan
ke sekelilingnya. Ia bertahan dan memberi. Sebuah ajaran cinta terdalam, yang
tidak lagi berpikir tentang keberadaan diri dan imbalan atas penebaran cinta
itu sendiri”
Video-video lainnya :
Tari Topeng Mimi Rasinah Indramayu
Tari Topeng Indramayu Mimi Rasinah
TUJUH PRINSIP PRAKTIK PEMBELAJARAN YANG BAIK
Dalam sebuah
tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7
(tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai
panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik bagi guru,
siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan
pendidikan.
Di bawah ini
disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan
mengingatnya :
1. Encourages Contact Between Students and
Faculty
Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di
luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan
keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa
ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat
membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat
berusaha memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual
siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta
membantu menyusun rencana masa depannya.
2. Develops Reciprocity and Cooperation Among
Students
Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim
dibandingkan melalui perpacuan individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti
bekerja yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif
dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain, siswa dapat
meningkatkan keterlibatannya dalam belajar. Saling berbagi ide dan
mereaksi atas tanggapan orang lain dapat semakin mempertajam
pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.
3. Encourages Active Learning
Belajar bukanlah seperti sedang menonton olahraga atau
pertunjukkan film. Siswa
tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk mendengarkan penjelasan guru,
menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru.
Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat
menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan apa yang
mereka pelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri.
4. Gives Prompt Feedback
Siswa membutuhkan umpan balik yang tepat dan memadai atas
kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari apa yang
telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan
bantuan untuk menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas,
siswa perlu sering diberi kesempatan tampil dan menerima saran agar
terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk
merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan
bagaimana menilai dirinya sendiri.
5. Emphasizes Time on Task
Waktu + energi = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan
bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu
yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan
pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat
mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah,
dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi semuanya
6. Communicates High Expectations
Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan
hal penting bagi semua orang. Mengharapkan para siswa berkinerja
atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun
sekolah bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya
7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning
Ada banyak jalan untuk belajar. Para siswa datang dengan
membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing Ada yang kuat dalam
matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik
tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya. Dalam hal ini,
siswa perlu diberi kesempatan untuk menunjukkan bakatnya dan belajar dengan cara kerja mereka
masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang
mungkin ini bukanlah hal mudah bagi guru untuk melakukannya.
Pada bagian lain, Arthur W.
Chickering dan Zelda F. Gamson
mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk
meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi mereka tetap membutuhkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang
kondusif bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan
lingkungan tersebut meliputi: (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat;
(b) dukungan kongkrit dari kepala sekolah dan para administrator
pendidikan untuk mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai
dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e)
evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.
Adaptasi dan terjemahan bebas
dari:
Arthur W. Chickering dan Zelda F.
Gamson. Seven Principles for Good Practice in Undergraduate Education
Langganan:
Postingan (Atom)