REPUBLIKA.CO.ID, Datangnya ajaran Islam di Indonesia menjadi momen
hadirnya budaya sejarah yang Islami. Salah satu tandanya adalah
berdirinya masjid.
Tak hanya menjadi tempat ibadah solat, keberadaan masjid juga menjadi syiar agama dan sarana silaturahim di antara sesama umat.
Selain itu, banyak masjid yang pendiriannya berkaitan dengan sejarah
maupun asal-usul sebuah daerah. Masjid Jami Modim Bima Baitul Mu’minin
misalnya, yang terletak di Desa Lobener Lor, Kecamatan Jatibarang,
Kabupaten Indramayu.
Berdasarkan data dari buku Direktori Masjid Bersejarah dan Ternama di
Kabupaten Indramayu Tahun 2005 M /1426 H yang disusun oleh Tim Peneliti
Data Masjid Bersejarah dan Ternama di Kabupaten Indramayu, Masjid Jami
Modim Bima Baitul Mu’minin berdiri sekitar tahun 1780 M / 1201 M.
Berdirinya masjid tersebut tak lepas dari sosok Lebe saat itu, yang
bernama Ki Sajim. Saat itu, desa tersebut dipimpin oleh seorang kuwu
perempuan yang bernama Nyi Djaya. Karena kejujurannya, Nyi Djaja pun
diberi gelar Nyi Resik (orang yang jujur, bersih, dan sakti).
Di Desa yang dibangun dan dipimpin oleh Nyi Resik tersebut, Ki Sajim
pun mendirikan masjid untuk kepentingan syiar Islam. Tak hanya itu, Ki
Sajim juga menjadi muadzin (orang yang mengumandangkan adzan) di masjid
tersebut.
Karenanya, Ki Sajim lantas dikenal dengan nama Sajim Modim (modim dari kata muadzin), yang berarti Sajim sang muadzin.
Pada suatu hari, ada seorang demang yang menunggang kuda melintasi
desa tersebut. Namun, kuda sang demang terperosok ke dalam lumpur dan
tidak ada orang yang mampu mengeluarkannya. Ternyata, dengan izin Allah,
kuda yang terperosok itu berhasil diangkat dengan mudahnya oleh Ki
Sajim Modim.
Sejak saat itu, masyarakat menyebutnya Ki Sajim Modim Bima. Pasalnya,
Ki Sajim Modim dianggap memiliki kekuatan seperti Bima (salah satu
tokoh pewayangan).
"Ki Sajim merupakan utusan Sunan Gunung Jati dari Cirebon untuk
menyebarkan ajaran Islam di desa ini,’’ ujar sesepuh Desa Lobener Lor,
Sukarjo.
Saat ini, Masjid Modim Bima Baitul Mu’minin telah mengalami beberapa
kali proses rehabilitasi. Namun, ada sejumlah bagian masjid yang masih
dipertahankan keasliannya.
Misalnya, memolo (kubah menara masjid), empat buah saka utama
penyangga masjid, bedug kayu, maupun gentong penyimpan air. Sedangkan
bentuk bangunannya sudah berubah.
Ketua DKM Masjid Modim Bima Baitul Mu’minin Sanusi AM mengungkapkan,
hingga kini, masjid itu menjadi salah satu tujuan ziarah. Biasanya,
ratusan peziarah dari berbagai daerah mengunjungi masjid tersebut pada
malam Jumat.
‘’Di masjid ini juga diadakan kegiatan majelis taklim oleh warga
setempat setiap hari Jumat dan malam Rabu,’’ tutur Sanusi. Pada sore
hari, masjid pun digunakan sebagai tempat anak-anak mengaji.
Selain itu, lanjut Sanusi, di masjid tersebut selalu diadakan
berbagai peringatan hari besar Islam (PHBI). Yakni peringatan Tahun Baru
1 Muharam, Maulid Nabi 12 Rabiulawal, dan Isra Miraj 27 Rajab.
Sanusi menambahkan, kegiatan keagamaan di masjid itu semakin hidup
selama bulan suci Ramadhan. Selain solat tarawih, juga diadakan kegiatan
ceramah setiap usai solat Subuh.
TUGU BAMBU RUNCING
(dimana ini ..... ?)