6 Ciri-ciri zaman Kalabendu menurut
Jangka Jayabaya
Dalam ramalan Jangka Jayabaya, pada Trikala terakhir adalah memasuki
zaman Kalisegoro (zaman air). Dimana dalam zaman itu masih dibagi dalam Sapto
Maloko yang masing-masing memiliki periode usia 100 tahun. Salah satunya menyebutkan tentang zaman Kalabendu. Sebuah ungkapan populer yang
sering diucapkan oleh orang-orang jawa adalah kalimat "zaman edan, yen ra
melu edan ora kumanan".
1. Zaman
Kalabendu yakni zaman sukar atau sengsara.
Zaman Kalabendu artinya zaman sukar atau sengsara dan angkara murka.
Ialah sebuah zaman dimana tanah Jawa berada di bawah lambang atau semboyan Ratu
Hartawati, yaitu ratu yang hanya mengutamakan uang dan harta benda atau
kekayaan lahir belaka. Sedangkan rasa kemanusiaan menjadi sangat tipis dan
dianggap tidak penting, bahkan dikata hampir lenyap,
2. Banyak bapak lupa anak dan keluarga bercerai berai
Zaman itu terjadi ketika batin manusia banyak
tidak teguh, imannya mudah luluh, dan pendiriannya gampang runtuh. Rakus
serakah. Setiap saat dapat dibilang manusia hatinya panas karena terbakar oleh
nafsu angkara murka.
Selain itu, manusia juga hanya berpikir
bagaimana lekas menjadi kaya, serta saling berlomba hidup dalam kemewahan.
Digambarkan juga dalam ramalan Jangka Jayabaya, banyak bapak lupa anak, anak melawan orang tua, saudara melawan saudara, keluarga saling cidera, dan murid melawan guru.
Digambarkan juga dalam ramalan Jangka Jayabaya, banyak bapak lupa anak, anak melawan orang tua, saudara melawan saudara, keluarga saling cidera, dan murid melawan guru.
3. Banyak orang kecil mencari kesalahan pejabat
Masih menurut Ki Tuwu, zaman Kalabendu juga
digambarkan dengan banyak bawahan melawan atasan, orang kecil mencari kesalahan
orang besar, kemudian merebut jabatannya. Banyak orang berkhianat terhadap
kawan, bahkan terhadap saudaranya sendiri.
Penetapan zaman Kalabendu itu dari waktu
mendiang Sultan Pakubuwono IV hingga zaman kiamat kubro. Dan dalam sabda Prabu
Jayabaya itu, dijelaskan bahwa Allah segera menghukum manusia atas
perbuatan-perbuatan yang dilanggarnya," ujarnya.
4. Orang berpengaruh muncul karena suaranya lantang dan berani
Selain itu, Zaman Kalabendu juga digambarkan
ketika ada hidangannya orang besar dan orang kecil (Hiku lire sesuguhe si
Hadjar marang ingsung) adalah "Kembang Seruni", yaitu kata-kata
samara dari kata seru dan berani. Dimana di zaman Kalabendu siapa yang bisa
mengeluarkan suara seru dan berani pasti orang itu akan mendapat pengaruh luar
biasa, tidak peduli ia berasal dari tingkatan apa, mempunyai cukup pengertian
dan pengalaman atau tidak.
5. Orang berpangkat tapi jahat, orang kecil terpencil
Dalam Jangka Jayabaya juga digambarkan pada
zaman Kalabendu banyak orang berpangkat makin jahat, orang kecil makin
terpencil. Orang kecil banyak yang lupa asalnya. Banyak wanita hilang rasa
malunya, banyak laki-laki hilang kehormatannya.
Di zaman itu juga banyak bayi-bayi mencari
ayahnya, banyak perempuan jalan di pinggir jalan. Mungkin memang sudah menjadi
kodrat Tuhan, Tanah Jawa mesti mengalami "wolak waliking zaman (terjadi
perubahan).
6. Presiden mengangkat kawan jadi pejabat dengan cara tak adil
Ketika ada raja atau presiden mengangkat
kawannya yang tidak adil, juga menjadi tanda zaman Kalabendu. Selain itu, tanda
lain ketika banyak pejabat makin jahat, penduduk makin terpencil. Orang yang
curang semakin garang, orang jujur semakin ajur.
Orang mulia makin tersia-sia, orang jahat
mendapat derajad. Yang jahat kelebihan berkat. Suap makin meluap.