Asal Mula Dinamakan Guci
http://asep4212.wordpress.com/2010/11/09/asal-mula-tempat-wisata-guci/
Mungkin kalau dari nama, kita beranggapan, guci adalah sebuah pot
yang indah dan membuat orang tertarik melihatnya. Tapi ternyata Guci
disini yang dibahas adalah nama sebuah objek wisata di daerah Tegal dan
sangat terkenal. Objek wisata Guci ini adalah sebuah objek wisata air
panas, yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dan
membuat awet muda.
Kepercayaan ini berawal dari sebuah cerita adanya suatu Pedukuhan
yang bernama Kaputihan yang berarti putih belum tercemar atau masih
suci.belum tercemar oleh agama dan peradaban lain. Istilah Kaputihan
pertama kali yang memperkenalkan adalah Beliau yang di kenal dengan
Kyai Ageng Klitik ( Kyai Klitik ) yang nama sesungguhnya adalah Raden
Mas Arya Wiryo cucu Raden Patah Bangsawan dari Keraton Mataram
Ngayogjokarto Hadiningrat asal dari Demak. Setelah beliau Kyai Klitik
menetap lama di lereng gunung Slamet ( kampung Kaputihan ) maka banyak
warga berdatangan dari tempat lain sehingga kampung kaputihan menjadi
ramai.Suatu ketika datanglah Syech Elang Sutajaya utusan Sunan Gunung
Jati ( Syech Syarief Hidayatulloh) dari Pesantren Gunung Jati Cirebon
untuk Syiar Islam. Dan kebetulan di kampung kaputihan sedang terjadi
pageblug ( wabah penyakit merajalela, banyak terjadi bencana alam dan
tanaman di serang hama dll ) Sehingga Beliau Elang Sutajaya memohon
petunjuk kepada Allah Swt dengan semedi kemudian Alloh Swt memberi
petunjuk supaya masyarakat kampung Kaputihan meningkatkan Iman dan
Taqwanya kepada Alloh Swt dengan menggelar Tasyakuran, memperbanyak
sedekah dan yang terkena wabah penyakit agar meminum air dari kendi
(guci) yang sudah di do’a kan oleh Sunan Gunungjati .
Dalam
kesempatan itu pula Sunan Gunungjati berkenan mendo’akan sumber air
panas di kampung Kaputihan agar bisa di pergunakan untuk menyembuhkan
segala penyakit.
Semenjak itu karena Guci yang berisi air yang sudah di do’akan Sunan
Gunungjati di tinggal di kampong Kaputihan dan selalu di jadikan
sarana pengobatan,maka sejak saat itu masyarakat menyebut-nyebut
Guci-Guci.Sehingga Kyai Klitik selaku Kepala Dukuh Kaputihan merubahnya
menjadi Desa Guci. Dan Beliau sebagai Lurah pertamanya. Guci
peninggalan Elang Sutajaya itu sekarang berada di Musium Nasional
setelah pada saat pemerintahan Adipati Brebes Raden Cakraningrat
membawanya ke museum.
Hingga kini sudah menjadi tradisi masyarakat Guci dan sekitarnya
bahkan dari luar daerah setelah berziarah ke makam walisongo khususnya
Sunan Gunungjati sebagai penyempurna terakir dapat di pastikan mandi di
air panas Guci untuk memperoleh berkah kesehatan dan penyembuhan
segala penyakit, Kini sumber air panas guci tersebut telah di
kembangkan menjadi “ Taman Wisata Hot Waterboom “ yang tetap
memanfatkan sumber air panas sebagai upaya terapi terhadap penyembuhan
berbagai penyakit juga sarana rekreasi dan permainan air bagi anak-anak
dan keluarga anda.
Mitos Masyarakat
Menurut mitos yang telah beredar selama ratusan tahun, air panas Guci
adalah air yang diberikan Walisongo kepada orang yang mereka utus
untuk menyiarkan agama Islam ke Jawa Tengah bagian barat di sekitar
Tegal. Karena air itu ditempatkan di sebuah guci (poci), dan berkhasiat
mendatangkan berkat, masyarakat menyebut lokasi pemberian air itu
dengan nama Guci.
Tetapi karena air pemberian wali itu sangat terbatas, pada malam
Jumat Kliwon, salah seorang sunan menancapkan tongkat saktinya ke tanah.
Atas izin Tuhan, mengalirlah air panas tanpa belerang yang penuh
rahmat ini. Nah, Sampai saat ini, setiap malam Jumat Kliwon, banyak
orang datang dan mandi di tempat pemandian air panas ini untuk mendapat
berkah. Bagi masyarakat sekitar obyek wisata ini, Guci adalah air
hangat yang mengalir deras dari ujungnya, terus-menerus, tanpa henti.
Kehangatan airnya dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian
atas pemandian umum disebut pancuran 13. Agak jauh sekitar satu
kilometer, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun
Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi
15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor.
Pemandian pancuran 13 adalah lokasi yang paling banyak dikunjungi
orang. Disebut begitu karena memiliki pancuran berjumlah tigabelas buah.
Pemandian ini bisa dinikmati siapa saja alias tak bayar. Selain itu,
berendam di pancuran tujuh merupakan alternative lainnnya. Di pancuran
ini, penduduk desa Guci juga sering mandi entah untuk keperluan mencari
berkat maupun untuk menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng atau
penyakit kulit lain.
Sumber : http://asep4212.wordpress.com/2010/11/09/asal-mula-tempat-wisata-guci/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar