Translate

Minggu, 31 Maret 2013

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN IPA

Prinsip-Prinsip Pembelajaran oleh Purnama Sari
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, salah satunya prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran ini diperlukan oleh seorang pengajar agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. 
Prinsip-prinsip pembelajaran juga diperlukan agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip pembelajaran, ialah prinsip pembelajaran yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. 
Prinsip-prinsip belajar dapat membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat bertindak secara tepat.
 SELENGKAPNYA DISINI

Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA  
Pengembangan Pembelajaran IPA di SD

Tegar Aku Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang (new Version) Mp3 Download 31-Mar 21:48:31

Tegar Aku Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang (new Version) Mp3 Download 31-Mar 21:48:31

MIMI RASINAH DAN TARI TOPENG INDRAMAYU









Mimi Rasinah adalah seorang Penari Topeng Indramayu yang melegenda dan sosok profesional sejati dalam bidangnya. Namanya pun sudah dimasukkan dalam kategori maestro. Perempuan yang kini hanya tinggal kenangan itu telah memperlihatkan dedikasi yang begitu tinggi terhadap kesenian tradisional. Ia bukan hanya menari dengan topeng-topeng yang selalu berganti di wajahnya. Tapi, ia juga menyebarkan inspirasi bagi orang lain untuk mencintai Tari Topeng Indramayu.
Rasinah lahir di Desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat. Kedua orangtuanya juga seniman. Karena itu, darah seni pun menucur deras di dalam nadinya. Sejak kecil ia telah diajari menari topeng, sebuah seni yang penuh dengan nuansa “mistis”.


Sebagian masa hidupnya diisi dengan menari Topeng. Rasinah muda melalui hdupnya dari panggung ke panggung hajatan. ia cerminan “anak panggung” yang sepanjang hidupnya lebih diberikan untuk panggung dan penonton. Beliau hampir sama sekali  tidak mengenal hal lain di luar dunianya. Bangku Sekolah atau hura-hura yang melekat dengan gaya hidup remaja sebayanya hanyalah sebuah harapan atau mungkin impian.
 Perubahan zaman menjadikan faktor terpuruknya kesenian-kesenian tradisional yang nota bene masih berpijak pada ‘pakem’ atau tata aturan yang baku, pergeseran selera masyarakat yang tidak dapat dibendung dan dipersalahkan, dari kesenian tradisional ke kesenian yang lebih ‘kini’ membuat Rasinah  dan juga seniman-seniman tradisional pada umumnya terkena imbas besar dan dampak yang besar. Dan yang lebih menyakitkan hati seniman lokal tradisional adalah dengan perhatian yang setengah-setengah dari pemerintah. Bentuk perhatian pemerintah memang hanya dengan memberikan ijin pentas tanpa memberikan perlindungan, bimbingan, dan arahan untuk berkembang


Mereka kehilangan panggung-panggung hajatan, lahan untuk mengekspresikan kesenimanannya, dan tentu saja, nafkah!
Masa-masa sulit seperti itu dirasakan benar oleh Rasinah. Terlebih setelah ayah dan ibunya meninggal. Beliau seorang anak tunggal. Sehingga, ia harus menggantungkan hidupnya pada sang suami. Ia nyaris tidak memiliki kesempatan untuk menari. Lantaran tidak ada lagi yang mengundangnya.
Kini Mimi Rasinah hanya tinggal kenangan, beliau seniman besar putra daerah yang hanya dikenal oleh kalangan generasi 60an, dan tidak mungkin Kesenian Topeng dalam hitungan detik akan punah tanpa literatur, tanpa dokumentasi yang menjadi kebanggaan Indramayu.


Memang beliau orang kecil lahir dari kalangan kecil hanya dikenal oleh rakyat kecil dan, tapi nama RASINAH mungkin hanya dikenal di Amerika, Inggris, Perancis, Jepang dan negara-negara yang menghargai Profesionalisme.


“Rasinah laksana setangkai suket (rumput). Suket tidak menyesali kemiskinan, kepapaan, dan kenyataan diri, yang memang berada di bawah. Ia terus bersemangat, bersungguh-sungguh, dan tabah, untuk memulai mengisi pagi. Bahkan, dengan “panggung” yang teramat sederhana, ia terus “berkesenian”. Dan, dengan suka-cita, rona hijau ditebarkan ke sekelilingnya. Ia bertahan dan memberi. Sebuah ajaran cinta terdalam, yang tidak lagi berpikir tentang keberadaan diri dan imbalan atas penebaran cinta itu sendiri”



Video-video lainnya :
Tari Topeng Mimi Rasinah Indramayu
Tari Topeng Indramayu Mimi Rasinah


TUJUH PRINSIP PRAKTIK PEMBELAJARAN YANG BAIK


Dalam sebuah tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7 (tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik  bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan pendidikan.



Di bawah ini disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan mengingatnya :




1. Encourages Contact Between Students and Faculty



Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha  memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.




2. Develops Reciprocity and Cooperation Among Students



Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan  individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti  bekerja  yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain,  siswa dapat meningkatkan  keterlibatannya dalam belajar. Saling  berbagi ide dan mereaksi  atas tanggapan  orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.




3. Encourages Active Learning



Belajar bukanlah seperti sedang  menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk  mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam  kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan  apa yang mereka pelajari  sebagai bagian dari dirinya sendiri.




4. Gives Prompt Feedback



Siswa membutuhkan  umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil  manfaat dari apa yang  telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk  menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa  perlu sering diberi kesempatan  tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.




5. Emphasizes Time on Task



Waktu + energi  = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan  sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat  mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi  semuanya




6. Communicates High Expectations



Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal  penting bagi semua orang.  Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun  sekolah  bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya




7. Respects Diverse Talents and Ways of Learning



Ada banyak jalan untuk belajar. Para  siswa  datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing  Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik  tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya.   Dalam hal ini,  siswa perlu diberi  kesempatan untuk menunjukkan bakatnya  dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang  mungkin ini bukanlah  hal mudah bagi guru untuk melakukannya.



Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi  mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif  bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi:  (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari  kepala sekolah dan  para administrator  pendidikan untuk  mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.







Adaptasi dan terjemahan bebas dari:



Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson. Seven Principles for Good Practice in Undergraduate Education