Translate

Jumat, 07 Maret 2014

Peraturan Perundangan-undangan tentang PNS (Update 24 Februari 2014) - See more at: http://www.kopertis12.or.id/2013/02/11/peraturan-perundangan-undangan-tentang-pns-update-11-februari-2013.html#sthash.fqxYALcp.dpuf

Minggu, 02 Maret 2014

6 CIRI ZAMAN KALABENDU MENURUT JAYABAYA




6 Ciri-ciri zaman Kalabendu menurut Jangka Jayabaya

Dalam ramalan Jangka Jayabaya, pada Trikala terakhir adalah memasuki zaman Kalisegoro (zaman air). Dimana dalam zaman itu masih dibagi dalam Sapto Maloko yang masing-masing memiliki periode usia 100 tahun. Salah satunya menyebutkan tentang zaman Kalabendu. Sebuah ungkapan populer yang sering diucapkan oleh orang-orang jawa adalah kalimat "zaman edan, yen ra melu edan ora kumanan".


1.  Zaman Kalabendu yakni zaman sukar atau sengsara.

Zaman Kalabendu artinya zaman sukar atau sengsara dan angkara murka. Ialah sebuah zaman dimana tanah Jawa berada di bawah lambang atau semboyan Ratu Hartawati, yaitu ratu yang hanya mengutamakan uang dan harta benda atau kekayaan lahir belaka. Sedangkan rasa kemanusiaan menjadi sangat tipis dan dianggap tidak penting, bahkan dikata hampir lenyap,

2.  Banyak bapak lupa anak dan keluarga bercerai berai


Zaman itu terjadi ketika batin manusia banyak tidak teguh, imannya mudah luluh, dan pendiriannya gampang runtuh. Rakus serakah. Setiap saat dapat dibilang manusia hatinya panas karena terbakar oleh nafsu angkara murka.

Selain itu, manusia juga hanya berpikir bagaimana lekas menjadi kaya, serta saling berlomba hidup dalam kemewahan.
Digambarkan juga dalam ramalan Jangka Jayabaya, banyak bapak lupa anak, anak melawan orang tua, saudara melawan saudara, keluarga saling cidera, dan murid melawan guru.



3.  Banyak orang kecil mencari kesalahan pejabat


Masih menurut Ki Tuwu, zaman Kalabendu juga digambarkan dengan banyak bawahan melawan atasan, orang kecil mencari kesalahan orang besar, kemudian merebut jabatannya. Banyak orang berkhianat terhadap kawan, bahkan terhadap saudaranya sendiri.

Penetapan zaman Kalabendu itu dari waktu mendiang Sultan Pakubuwono IV hingga zaman kiamat kubro. Dan dalam sabda Prabu Jayabaya itu, dijelaskan bahwa Allah segera menghukum manusia atas perbuatan-perbuatan yang dilanggarnya," ujarnya.


4.  Orang berpengaruh muncul karena suaranya lantang dan berani


Selain itu, Zaman Kalabendu juga digambarkan ketika ada hidangannya orang besar dan orang kecil (Hiku lire sesuguhe si Hadjar marang ingsung) adalah "Kembang Seruni", yaitu kata-kata samara dari kata seru dan berani. Dimana di zaman Kalabendu siapa yang bisa mengeluarkan suara seru dan berani pasti orang itu akan mendapat pengaruh luar biasa, tidak peduli ia berasal dari tingkatan apa, mempunyai cukup pengertian dan pengalaman atau tidak.


5.  Orang berpangkat tapi jahat, orang kecil terpencil


Dalam Jangka Jayabaya juga digambarkan pada zaman Kalabendu banyak orang berpangkat makin jahat, orang kecil makin terpencil. Orang kecil banyak yang lupa asalnya. Banyak wanita hilang rasa malunya, banyak laki-laki hilang kehormatannya.

Di zaman itu juga banyak bayi-bayi mencari ayahnya, banyak perempuan jalan di pinggir jalan. Mungkin memang sudah menjadi kodrat Tuhan, Tanah Jawa mesti mengalami "wolak waliking zaman (terjadi perubahan).


6.  Presiden mengangkat kawan jadi pejabat dengan cara tak adil


Ketika ada raja atau presiden mengangkat kawannya yang tidak adil, juga menjadi tanda zaman Kalabendu. Selain itu, tanda lain ketika banyak pejabat makin jahat, penduduk makin terpencil. Orang yang curang semakin garang, orang jujur semakin ajur.

Orang mulia makin tersia-sia, orang jahat mendapat derajad. Yang jahat kelebihan berkat. Suap makin meluap.


Sumber : Merdeka.com