Translate

Kamis, 18 April 2013

Belajar Mengajar Matematika SD

Belajar Mengajar Matematika SD: 
Hakikat Matematika:
Untuk menjawab pertanyaan “Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian matematika karena pengetahuan  dan  pandangan  masing-masing  dari  para  ahli  yang  berbeda-beda.  Ada  yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari  perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema  yang  berarti  pengetahuan  atau  ilmu (knowledge,  science).  Kata  mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat,  maka  digunakan  bahasa  matematika  atua  notasi  matematika  yang  bernilai  global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.
Beberapa Definisi Para Ahli Mengenai Matematika antara lain :
1.       Russefendi (1988 : 23)
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma,  dan  dalil-dalil  di  mana  dalil-dalil  setelah  dibuktikan  kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
2.       James dan James (1976).
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsepkonsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu  aljabar,  analisis  dan  geometri.  Tetapi  ada  pendapat  yang  mengatakan  bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3.       Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika   adalah   pola   berpikir,   pola   mengorganisasikan,pembuktian   yang   logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4.       Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5.       Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan eksperimen.
Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. 
Contoh dalam ilmu fisika, bila seorang melakukan percobaan (eksperimen) sebatang logam dipanaskan maka memuai dan dilanjutkan dengan logam-logam yang lainnya, dipanaskan ternyata memuai juga, maka  ia dapat membuat kesimpulan (generalisasi) bahwa setiap logam yang dipanaskan itu dapat memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif tersebut dalam ilmu fisika dapat dibenarkan contoh dalam ilmu fisika di atas , pada matematika contoh-contoh seperti itu baru dianggap sebagai generalisasi jika kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif. 
Pada  pembelajaran  matematika  di  SD  pembuktian  dengan  cara  deduktif  masih  sulit dilaksanakan. Karena itu siswa SD hanya melakukan eksperimen (metode induktif). Percobaan-percobaan inipun masih menggunakan benda-benda konkrit (nyata). Untuk pembuktian deduktif masih  sulit  dilaksanakan  karena  pembuktian  deduktif  lebih  abstrak  dan  menuntut  siswa mempunyai  pengetahuan-pengetahuan  siswa  yang  sebelumnya.  
 Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika  dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma /  postulat  dan akhirnya  pada  teorema.  Konsep-konsep  amtematika  tersusun secara  hierarkis,  terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep  yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang  menjadi  prasyarat,  harus  benar-benar  dikuasai  agar  dapat  memahami  topik  atau  konsep selanjutnya.
Dalam  pembelajaran  matematika  guru  seharusnya  menyiapkan  kondisi  siswanya  agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari  mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat  mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut,  bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume  balok. Struktur matematika adalah sebagai berikut :
a.       Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.  Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
 b.      Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan. Misal : sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana,   bilangan  ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK dll.
c.       Aksioma dan postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat.
Misal : ~  Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.  ~  Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar.  ~  Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak lurus ke sebuah garis yang lain.  ~  Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang lebih besar dari 900.  Aksioma tidak perlu dibuktikan kebenarannya tetapi dapat diterima kebenarannya berdasarkan pemikiran yang logis.
d.      Dalil atau Teorema
Dari unsur-unsur yangtidak didefinisikan dan aksioma maka disusun teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus dibuktikan dengan cara deduktif.  Misal : ~ Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap ~ Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 1800 ~ Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama dengan Kuadrat sisi miringnya.
Matematika  disebut sebagai  ilmu tentang  pola karena  pada matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal : Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2. Contoh :  a = 1    maka jumlahnya =  1 =  12.  Selanjutnya 1 dan 3 adalah bilangan-bilangan ganjil jumlahnya adalah 4 = 22. Berikutnya 1, 3, 5, dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan seterusnya.  Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang berupa pola yaitu jumlah a bilangan ganjil yang berurutan sama dengan a2.
Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan lainnya saling berhubungan.  Misalnya : Antara persegi panjang dengan balok, antara persegi dengan kubus, antara kerucut dengan lingkaran, antara 5 x 6 = 30 dengan 30 : 5 = 6. Antara 102 = 100 dengan 100  = 10.  Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan analisis.
Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat internasional. Padat arti berarti simbol-simbol matematika ditulis dengan cara singkat tetapi mempunyai arti
yang luas. Misal :   
9 = 3 ,  3 + 5 = 8,         3 ! = 1 x 2 x 3. log 100 = 2
Matematika sebagai ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain.

BULLDOZER BERENERGI KARET GELANG



MEDIA PELAJARAN IPA

MODEL PEMBUKTIAN ENERGI PEGAS

” BULLDOZER BERENERGI KARET GELANG”

A. PENDAHULUAN
          Agar penyampaian materi pelajaran dapat diterima dengan baik serta menarik bagi peserta didik, tidak cukup dengan hanya memanfaatkan indera pendengaran saja, yaitu penyampaian hanya dengan metoda ceramah saja tetapi sebaiknya juga memanfaatkan media yang bisa dinikmati oleh indera penglihatan dan melibatkan seluruh panca indra sehingga pengalaman belajar lebih berkesan karena langsung memberikan pengalaman nyata bagi peserta.
         Penulis membuat cara penggunaan media dalam mempelajari materi-materi IPA yang abstrak dan tidak dapat dihadirkan objeknya langsung karena berbagai factor . Dalam kesempatan ini penulis memilih beberapa standar kompetensi yang sekiranya perlu dibuatkan media pembelajaran. Mengingat keterbatasan waktu yang hanya 7 jam pelajaran pada diklat ini maka penulis memilih hanya 2 standar kompetensi yang akan dibuat media pembelajarannya.
          
B. TUJUAN
        Bahan diklat ini ditulis sebagai bahan rujukan pelatihan dengan maksud untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang pembuatan dan penggunaan media sederhana dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Setelah dipelajari materi ini diharapkan kepada guru dapat
1)            Mengembangkan pengetahuannya dan kemampuan guru menggunakan media dan alat peraga IPA kepada guru di wilayah gugus  dan rekan-rekan seprofesi lainnya.
2)            Mengajarkan kepada para siswanya secara lancar lebih baik dan lebih jelas.
3)            Mengembangkan alat peraga hasil temuan baru yang variatif.

C. MANFAAT
          Setelah mengikuti diklat ini peserta diharapkan memiliki kemampuan dalam hal
1)            Membuat media/alat peraga sederhana dari barang-barang atau benda yang ada di sekitar
2)            Mampu menggunakan media atau alat peraga yang ada di sekolah maupun yang dibuat sendiri sesuai dengan konsep materi yang tertuang dalam standar isi
3)            Menarik minat untuk belajar IPA



PROPOSAL IPA
“MODEL PEMBUKTIAN GAYA PEGAS/ BULLDOZER SEDERHANA ENERGI PEGAS

Mata Pelajaran            :  IPA
Kelas/Semester            :  VI/2
Kompetensi dasar       :  7.1 Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya
dan gerak (model jungkat jungkit, katapel/model bulldozer sederhana energi pegas)

1.       Nama Pembuat                        :  silent
NIP                                         :  1silent
Sekolah                                   :  SD Negeri Tersana II
 Kecamatan Sukagumiwang Kabupaten Indramayu
  1. Judul                                       :   Model Pembuktian bulldozer Sederhana Energi Pegas
  2. Nama Alat dan Bahan             :
1.       Bahan
a.       Kayu/Plastik bekas gulungan benang
b.      Karet gelang
c.       Batang kayu dari sumpit
d.      Seng bekas standar obat nyamuk bakar
e.       Lilin
f.       benang
2.       Alat
a.       Tang  
b.      Pisau 

4. Cara Membuat                                    :
a.       Siapkan bekas gulungan benang yang berupa silinder lalu masukan gelang karet sebanyak 2 buah. Ganjal benang karet dengan batang lidi pendek disisi kiri silinder dan disisi lainnya batang sumpit, antara silinder dan sumpit diberi lilin yang telah dilubangi tengahnya untuk memasukan karet, lilin ini berfungsi untuk mengurangi gaya gesekan antara silinder dan sumpit yang melancarkan kerja pegas .
b.      Pasang kaleng bekas standar obat nyamuk bakar yang sudah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa menyerupai seruk bulldozer di ujung sumpit dan kaleng ini berfungsi sebagai serok.
5. Cara Kerja Model Bulldozer Sederhana Energi Pegas                :
a.       Putar batang kayu/sumpit searah jarum jam ± 20 putaran
b.      Letakan model bulldozer diatas meja
c.       Lepaskan dan biarkan model traktor berjalam maju
d.      Model bulldozer akan berhenti setelah karet pegas kembali seperti semula.
e.       Model alat ini membuktikan bahwa pegas dapat menimbulkan gaya gerak benda
6. Perincian Alat Peraga              :
a.       Lilin                                 : Rp 1.000

 




 

ALAT PERAGA

Alat peraga

Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman / pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.
Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.

Manfaat Alat Peraga
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
d. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
e. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
f. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
   kepada orang lain.
g. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /
   pelaku pendidikan.
h. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan
    diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera.
    Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan
    pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari
    pengetahuan manusia diperoleh / disalurkan melalui mata. Sedangkan 13%
    sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan
     bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan
     informasi atau bahan pendidikan.
i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan
   akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu
    yang memang diperlukan akan menimbulkan perhatiaannya. Dan apa yang
    dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya yang
    merupakan pendorong untuk melakukan / memakai sesuatu yang baru tersebut.
j. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu
   yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.
  Untuk mengatasi hal tersebut, AVA akan membantu menegakkan pengetahuan-
   pengetahuan yang telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan
   lebih lama tinggal / disimpan didalam ingatan.

Macam-Macam Alat Peraga
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :
1. Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.
b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
- 2 dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
- 3 dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.

2. Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

3. Alat Bantu Lihat-Dengar
Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.
a. Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan sebagainya
yang memerlukan listrik dan proyektor
b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas
koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
- Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang
nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
- Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster,
leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.
- Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka
wayang, dan sebagainya.
Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :
a. Mudah dibuat
b. Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
c. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
d. Ditulis (digambar) dengan sederhana.
e. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
f. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.


Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga tersebut.
a. Individu atau kelompok
b. Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya.
c. Bahasa yang mereka gunakan
d. Adat-istiadat serta kebiasaan
e. Minat dan perhatian
f. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Biasanya kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-objek yang nyata sehingga dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Didalam menggunakan alat peraga untuk memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat, benda-benda yang sebenarnya mempermudah masyarakat untuk mengerti dan memahaminya, karena alat peraga seperti ini merupakan benda-benda yang mereka jumpai sehari-hari.
Oleh karena itu sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli memungkinkan atau tidak. Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.
Sebelum membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan tujuan penggunaan alat peraga
- Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran / pendidikan
- Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah
- Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi
- Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

Persiapan Penggunaan Alat Peraga
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
Misalnya satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi / anak-anak harus diperlihatkan satu-persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi komunikasi 2 arah. Apabila kita tidak komunikasi 2 arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart 1 demi 1 tanpa menerangkan atau membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.
Sebelum penggunaan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih dahulu alat-alat tersebut, yang masih dalam bentuk kasar sebelum diproduksi seluruhnya. Gunanya tes percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alat peraga tersebut dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan.
Contoh : Sebuah poster yang akan dipergunakan menunjang program keluarga berencana dibuat desain / rancangan beberapa buah. Lalu ini dicobakan pada sekelompok kecil sasaran yang dianggap mempunyai ciri-ciri yang sama dengan sasaran pada umumnya, kepada siapa poster itu nantinya ditunjukkan. Salah satu desain yang paling mudah dipahami, terutama yang dapat dikenal pesan-pesannya dengan baik itulah yang akan diproduksi dan diperbanyak.
Cara melakukan percobaan tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Merencanakan terlebih dahulu tes pendahuluan untuk suatu media yang akan
diproduksi.
b. Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.
c. Menentukan gambar-gambar pokok atau simbol-simbol yang disesuaikan dengan
ciri-ciri sasaran.
d. Memperlihatkan alat peraga / media tersebut kepada sasaran tercoba.
e. Menanyakan kepada sasaran tercoba :
- Apakah mereka mengalami kesukaran dalam memahami pesan-pesan, kata-
kata dan gambar-gambar didalam media tersebut.
- Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
- Mencatat komentar-komentar dari sasaran tercoba.
- Melakukan perbaikan alat peraga (media) tersebut.
f. Mendiskusikan alat yang dibuat tersebut dengan orang lain (teman-teman) atau
dengan para ahli.

Cara Mempergunakan Alat Peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film strip dan sebagainya.
Disamping itu juga dipertimbangkan faktor sasaran pendidikannya. Untuk masyarakat yang buta huruf akan lain dengan masyarakat yang telah berpendidikan. Dan yang lebih penting lagi alat yang digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya.
Pada waktu menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Senyum adalah lebih baik untuk mencari simpati.
b. Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan / diragakan itu adalah
penting.
c. Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan
kontrol dari pihak pendidik.
d. Nada suara hendaknya ditukar-tukar agar pendengar tidak bosan dan tidak
mengantuk.
e. Ikut sertakan para peserta / pendengar, berikan kesempatan untuk memegang
dan atau mencoba alat-alat tersebut.
f. Bila perlu, berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya